MINGGU V SESUDAH EPIFANI
BELAJAR MELALUI PENDERITAAN
Keluaran 10:1-20
Tulah kedelapan: belalang
10:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah menghadap Firaun, sebab Aku telah membuat hatinya dan hati para pegawainya berkeras, supaya Aku mengadakan tanda-tanda mujizat yang Kubuat ini di antara mereka, 10:2 dan supaya engkau dapat menceriterakan kepada anak cucumu, bagaimana Aku mempermain-mainkan orang Mesir dan tanda-tanda mujizat mana yang telah Kulakukan di antara mereka, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.” 10:3 Lalu Musa dan Harun pergi menghadap Firaun dan berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN, Allah orang Ibrani: Berapa lama lagi engkau menolak untuk merendahkan dirimu di hadapan-Ku? Biarkanlah umat-Ku pergi supaya mereka beribadah kepada-Ku. 10:4 Sebab jika engkau menolak membiarkan umat-Ku pergi, maka besok Aku akan mendatangkan belalang-belalang ke dalam daerahmu; 10:5 belalang itu akan menutupi permukaan bumi, sehingga orang tidak dapat melihat tanah; belalang itu akan memakan habis sisa yang terluput, yang masih tinggal bagimu dari hujan es itu, bahkan akan memakan habis segala pohonmu yang tumbuh di padang. 10:6 Belalang itu akan memenuhi rumahmu, rumah semua pegawaimu, rumah semua orang Mesir seperti yang belum pernah dilihat oleh bapamu dan nenek moyangmu, sejak mereka lahir ke bumi sampai hari ini.” Lalu berpalinglah ia dan keluar meninggalkan Firaun. 10:7 Sesudah itu berkatalah para pegawai Firaun kepadanya: “Berapa lama lagi orang ini akan menjadi jerat kepada kita? Biarkanlah orang-orang itu pergi supaya mereka beribadah kepada TUHAN, Allah mereka. Belumkah tuanku insaf, bahwa Mesir pasti akan binasa?” 10:8 Lalu Musa dan Harun dibawalah kembali kepada Firaun dan berkatalah Firaun kepada mereka: “Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, Allahmu. Siapa-siapa sebenarnya yang akan pergi itu?” 10:9 Jawab Musa: “Kami hendak pergi dengan orang-orang yang muda dan yang tua; dengan anak-anak lelaki kami dan perempuan, dengan kambing domba kami dan lembu sapi kami, sebab kami harus mengadakan perayaan untuk TUHAN.” 10:10 Tetapi Firaun berkata kepada mereka: “TUHAN boleh menyertai kamu, jika aku membiarkan kamu pergi dengan anak-anakmu! Lihat, jahatlah maksudmu! 10:11 Bukan demikian, kamu boleh pergi, tetapi hanya laki-laki, dan beribadahlah kepada TUHAN, sebab itulah yang kamu kehendaki.” Lalu mereka diusir dari depan Firaun. 10:12 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas tanah Mesir mendatangkan belalang dan belalang akan datang meliputi tanah Mesir dan memakan habis segala tumbuh-tumbuhan di tanah, semuanya yang ditinggalkan oleh hujan es itu.” 10:13 Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke atas tanah Mesir, dan TUHAN mendatangkan angin timur melintasi negeri itu, sehari-harian dan semalam-malaman, dan setelah hari pagi, angin timur membawa belalang. 10:14 Datanglah belalang meliputi seluruh tanah Mesir dan hinggap di seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itupun tidak akan terjadi lagi yang demikian. 10:15 Belalang menutupi seluruh permukaan bumi, sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya; belalang memakan habis segala tumbuh-tumbuhan di tanah dan segala buah-buahan pada pohon-pohon yang ditinggalkan oleh hujan es itu, sehingga tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir. 10:16 Maka segeralah Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata: “Aku telah berbuat dosa terhadap TUHAN, Allahmu, dan terhadap kamu. 10:17 Oleh sebab itu, ampunilah kiranya dosaku untuk sekali ini saja dan berdoalah kepada TUHAN, Allahmu itu, supaya bahaya maut ini dijauhkan-Nya dari padaku.” 10:18 Lalu keluarlah Musa meninggalkan Firaun dan berdoa kepada TUHAN. 10:19 Maka TUHAN membuat angin bertiup dari jurusan sebaliknya, yakni angin barat yang sangat kencang, yang membawa belalang itu dan melemparkannya ke dalam Laut Teberau: tidak ada satu belalangpun yang tinggal di seluruh daerah Mesir. 10:20 Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga tidak mau membiarkan orang Israel pergi.
“Belumkah Tuanku insaf bahwa Mesir pasti akan binasa” (ay. 7)
Sering orang berkata bahwa yang penting bukan hanya hasil melainkan proses. Orientasi hasil akan membuat orang terjebak pada cara-cara yang belum tentu benar secara moral dan etika hidup. Sementara itu, jika orientasinya adalah proses, maka kesadaran, fokus, dan daya, akan diarahkan untuk menambah kemampuan dalam berpikir dan bertindak yang holistik. Di sini analisis sosial akan dibarengi dengan analisis personal (baca: pertobatan). Sehingga setiap kesalahan dan kegagalan dalam proses itu tidak dibiarkan atau didiamkan sehingga berakibat merusak seluruh sistem, melainkan akan dievaluasi secara terencana untuk dilakukan perbaikan menuju yang lebih baik.
Dalam proses pertobatan itu, daya transformasi bisa datang dari mana saja. Disinilah keterbukaan pada mediasi melalui kehadiran orang lain menjadi aspek yang sangat menentukan. Orang lain adalah mediasi untuk mencapai kesadaran diri yang lebih baik. Orang lain disini pun tidak harus yang sama dengan kita. Mereka bisa saja datang dari kelompok orang yang biasa secara strata sosial bahkan kemungkinan adalah bawahan kita, pelayan atau pekerja kita. Mereka menjadi diri yang dihadirkan oleh Tuhan untuk membarui cara pandang dan cara bersikap kita.
Kisah para pegawai Firaun yang mungkin hanya membatin dengan berkata “belumkah Tuanku insaf”, menjadi momen refleksi diri dan refleksi sosial tentang apa yang sedang terjadi. Terkadang orang belajar dari momen penderitaan yang sedang menimpanya. Namun, kisah ini memperlihatkan bahwa tidak semua orang bisa berefleksi seperti itu. Kekerasan hati adalah halangan terbesar untuk orang mengalami pembaruan diri dan perilaku hidup. Firaun adalah contoh dari orang yang gagal mencapai taraf pertobatan diri melalui mediasi orang lain. Ia pun gagal mengubah dirinya melalui jalan penderitaan dalam kisah tulah kedelapan, belalang. Kegagalan hanya berakhir kebinasaan. Sebaliknya, pertobatan akan membawa pada hidup.
Sumber: [SBU – 10 Februari 2024 | Pagi]
Doa: (Kami mau belajar menjadi pribadi yang berhati taat)
