PEMULIHAN TUHAN, IDEAL !!

Tulisan ini diangkat untuk sedikit bernostalgia akan tahun 2020-2022
Situasi dan suasana keterkejutan virus varian baru setelah wabah virus covid 19 sampai hari ini sepertinya menuju pada level bawah yang pastinya tetap berdampak adanya kemungkinan korban yang terpapar / meninggal, sekalipun usaha pemerintah RI yang kita cintai ini tidak berhenti melakukan pergerakan untuk berusaha menanggulangi wabah ini misalnya bahwa rumah-rumah sakit diperbanyak untuk menampung mereka yang harus mendapatkan perawatan, sampai pada penyediaan sarana dan prasarana tempat2 seperti hotel & wisma atlet untuk dijadikan tempat tambahan yang akan bisa menampung kapasitas yang lebih besar lagi, pada saat puncak yang justru pada level bawah masyarakat. (diskusi dengan seorang muda/seorang presbiter yang paham & terjun dalam melakukan survei).

Ketika kita menyoroti apa yang dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini banyak yang pasti merasa apakah yang dilakukan pemerintah adalah proses IDEAL? Mulai dari social distancing sampai pada PSBB untuk daerah2 tertentu, bahkan tuntutan beberapa pihak yang secara ektrim agaknya menginginkan pemerintah melakukan lockdown, seperti yang dilakukan beberapa negara ada yang berhasil, ada juga yang tidak berhasil dan kemudian pemerintahnya justru meminta maaf kepada rakyat karena keadaan masyarakat yang menjadi kacau paska pemerintah setempat memberlakukan lockdown.
Semua kisah/ cerita diatas seakan ”hilang ditelan bumi”, tidak ada gaduh lagi seperti tahun 2020 yang lalu.

Pertanyaannya masih relevankah kisah/cerita ini diulang kembali ? mungkin tidak jawabannya, karena banyak orang hanya mau menceritakan pengalaman masa lalu yang indah ketimbang yang mengharu biru/keterpurukan. Namun memaknai kisah/cerita tragedi/bencana masa lampau itu penting untuk terus dilakukan, supaya tiap pribadi terus mengalami situasi pikiran dan hati yang senantiasa dalam kewaspadaan tinggi. Pemaknaan lebih penting lagi untuk komunitas orang percaya tentang tindakan karya Tuhan yang terus berkesinambungan untuk merawat bumi ciptaanNya, karena sejak awal Dia menginginkan kebaikan bukan kekacauan.

Dalam situasi seperti ini dalam suasana pengharapan batin yang kuat namun melalui pengamatan yang dangkal/sederhana, saya mencoba untuk menganalisa dan membuat refleksi bagi jemaat Kinasih, menghadapi gugatan perdata yang terus berlangsung atas kasus sertifikat tanah gereja yang hilang dan kemudian ada dipihak lain yang mengaku bahwa sertifikat itu miliknya dan kemudian dengan beraninya membuat gugatan terhadap jemaat Kinasih.

Pertanyaannya adalah, bagaimana jemaat Tuhan melihat, mengamati, paling tidak dalam kehidupan keseharian belakangan ini bahwa kita sebagai gereja yang tidak akan pernah diam begitu saja, apakah bentuk riil dari wujud empati, kepekaan sikap hospitality kepedulian yang sangat2 diganggu untuk dapat terus dan terus berbuat sesuatu ?
Mengapa diganggu, karena ketika kita cenderung hanya berorasi kata melalui media social, menyoroti dengan pernyataan kontra, maka saat itu sebenarnya kita membuang energy pikir dan terhenti untuk membuat aksi konkrit. Dengan kata lain ada jebakan hanya bicara saja, hanya kritik saja. NO ACTION TALK ONLY. Padahal sekarang yang seharusnya dilakukan adalah seluruh warga gereja dengan berbagai macam ide & cara yang bisa ditempuh menyatukan hati dan pikir untuk menjadi saluran berkat dengan membuat kegiatan yang nyata melalui gerakan massif untuk hadir bagi mereka yang terdampak langsung/tidak langsung dari keadaan sekarang ini. Apa yang akan terus kita lakukan, bukan apa yang terus akan kita katakan. Sehingga ”goal” bersama sebagai jemaat terwujud bahwa sertifikat tanah gereja kembali kepada jemaat.

Informasi Pendeta GPIB

Nama: Pdt. Novita Rismayanti

Jemaat: GPIB Jemaat "Kinasih" Ciputat

Status: Organik (Ketua Majelis Jemaat)

Masa Pelayanan: 22 tahun

Email: novitarismayanti1174@gmail.com

Telepon: +62 813-5087-9201

Maka demikianlah refleksi yang terbagi melalui artikel pertama ini:

Pertama:

Mulailah membiasakan diri terhadap fakta bahwa sudah beberapa kali memang pemimpin bangsa ini menggunakan strategi acak yang bisa jadi tak terprediksi, cara-cara unik dalam keputusan yang diambil memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk kembali melihat apa yang dipikirkan bagi masa depan Indonesia adalah baik, seakan-akan memang kita diajak mengikuti teori-teori yang tidak standar, unik, sehingga akhirnya banyak yang mencoba membuat analisa-analisa, apa yang dipikirkan oleh sang pemimpin bangsa.
Bukan meremehkan hasil nalar, namun sebagai rohaniawan saya hanya mencoba menyederhanakan bahwa kesabaran untuk menanti karya Allah melalui pemimpin yang kita yakini berasal dari Nya, dengan karunia hikmatNya, untuk melaksanakan pemulihan dari Allah bagi bangsa ini secara bertahap namun terlihat secara jelas sudah dirasakan oleh anak negeri.

Hal inilah yang disuarakan nabi Yehezkiel pasal 36 ia mengumumkan tentang pemulihan yang akan dilakukan Allah kepada Israel di pembuangan. Berita yang dikabarkan Yehezkiel juga sangat unik bahwa penghukuman “hari Tuhan” bahasanya nabi Yoel mendahului berkat2 yang akan diditerima Israel. Yehezkiel sedang meyakinkan Israel bahwa intruksinya berasal dari Tuhan, Tuhan jualah yang akan berinisiatif untuk memulihkan umat/membarui dari kondisi penderitaan kembali pada kondisi baik. Keunikan yang lain adalah Tuhan bersumpah bahwa bangsa-bangsa disekitar Israel yang awalnya dipakai Tuhan untuk menghukum Israel akibat dosa mereka, namun dalam penglihatan Yehezkiel justru akan mendapatkan pembalasan dari Tuhan.

Kedua:

Mari dengan hikmat Tuhan kita mencoba untuk berhenti dalam pola berpikir menjadikan sesuatu yang “ideal” sebagai patokan menilai apa yang baik dan buruk. Jangan salah ya, bukan berarti yang ideal itu tidak diperlukan. Kita memerlukan idealism dan gambaran ideal tentang sesuatu sebagai citra Eskatologis iya : Indonesia akan dapat menuntaskan pergumulannya. Memberi ukuran Rumah tangga yang ideal itu begini, gereja yang ideal semestinya bla…bla…bla sampai pendeta yang ideal itu harus begini, tidak boleh begitu kenapa gak begini? kenapa harus begitu?

Sebagai sebuah harapan pada Sang ilahi, boleh saja kita memiliki gambaran ideal yang berangkat dari sudut pandang setiap pribadi. Asal jangan lupa bahwa pada kenyataannya, kita diperhadapkan juga dalam “realitas ketidakidealan”. Jadi hargai juga ketidakidealan dan ketidaksempurnaan manusia. Karena Allah saja pun berkenan memakai yang nggak ideal dan yang nggak sempurna.
Misalnya “saya ini bukan pendeta yang ideal “
Berhentilah mendiskriminasi yang nggak ideal, termasuk tentang keputusan/ kebijakan sang pemimpin.
Tinggalkan mistifikasi/pemujaan terhadap sesuatu atau seseorang sebagai “sosok setengah ilahi”, karena sikap mistifikasi sangat mengingkari kenyataan segala yang ada diatas bumi ini sesungguhnya berwatak tidak sempurna……
Firman Tuhan: I Korintus 1:27-29 menyatakan : “sebab memang Allah sengaja memilih yang dianggap bodoh oleh dunia ini, supaya orang-orang pandai menjadi malu. Dan Allah memilih juga yang dianggap lemah oleh dunia ini, supaya orang-orang yang gagah perkasa menjadi malu. Allah menghancurkan yang dianggap penting oleh dunia. Jadi tidak ada seorangpun yang bisa sombong dihadapan Allah”.

Jadi

Gereja yang merupakan umat Allah milikilah sikap untuk memahami sebenarnya :
Bukan ideal / tidak ideal yang melulu jadi sorotan, tapi dalam kesabaran penuh kita terus berdoa & bekerja membantu sang pemimpin bangsa terus dipakai Allah. Hanya Allah…& Allahlah yang ideal dalam proses memberkati Israel Ia memakai nabiNya seperti Yehezkiel, untuk menyuarakan kebenaran Allah yaitu Janji Allah akan digenapi kasih Allah lebih besar dari pelanggaran Israel, bahkan Allah yang dengan proses Idealnya membalas kejahatan bangsa2 disekitar Israel supaya umatNya mengalami restorasi.

Karena itu marilah berpikir dalam proses yang positif untuk menyatukan hati perjuangan bersama tidak mudah, tetapi Pemulihan Tuhan sangat Ideal / sempurna.
KINASIH PULIH/SAVE KINASIH dari gugatan ini menjadi perjuangan PRIORITAS.
Mari berdoalah dan berkontribusilah

Soli deo Gloria