10 Agustus 2024 – Pagi | 20240810

MINGGU XI SESUDAH PENTAKOSTA


DENGAR DAN IKUTI TUHAN

Keluaran 16:28-31
16:28 Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? 16:29 Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu.” 16:30 Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh. 16:31 Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu.


“Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi kamu menolak untuk mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? (ay.28).
Umat nampaknya masih terbelenggu dengan mental budak yang dicipta orang Mesir, masih senang hidup tanpa berpikir untuk masa depannya sebagai bangsa merdeka dan mengikuti Tuhan yang memerdekakannya. Perintah dan hukum Tuhan yang baru diterima tidak diku, salah satunya Hukum Sabat yang seharusnya dikuti dengan setia dan yakin membawanya hidup lebih baik. Mereka sepatutnya mendengar dan melakukannya.
Mendengar adalah bagian pertama dalam berkomunikasi, namun ada sebagian orang mulai berkomunikasi dari berbicara. Dalam mendengar kehendak Tuhan, seluruh indera, termasuk hati dan kepekaan akan rencana Tuhan kita peroleh. Ini adalah kekuatan, yang membuat orang tidak mudah dipengaruhi apa pun.
Melakukan adalah kewajiban umat yang dipilih dan diutus-Nya. Dengan melakukan, seorang percaya dapat mengevaluasi seberapa setia dirinya kepada Tuhan dan tahu pada tok mana ia lemah sehingga butuh penguatan.
Firman ini menuntun kita, yaitu hendaknya kita mengikuti kehendak Kristus yang memerdekakan. Belenggu masa lalu harusnya ditinggalkan dan hidup baru dalam kehendak-Nya, yang membebaskan. Kita membuka telinga kepada Tuhan, karena ada begitu banyak ajaran yang dapat mempengaruhi
Sebagai anak bangsa, kita yang mewarisi mental budak karena perbudakan oleh penjajah baik Belanda maupun Jepang, kita bisa dengan mudah mengabaikan Tuhan karena tidak kelihatan demikian pun kita bisa abai akan firman-firman-Nya. Kita memang menyatakan bahwa kemerdekaan bangsa kita atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, rakyatnya beribadah dengan khusyuk dan hikmad, tetapi mental merdeka dan mengutamakan hubungan dengan Tuhan belum tentu terjadi. Dengan menyatakan sebagai negara beragama, maka agama menjadi moral bangsa yang memandu perjalanan bersama bangsa ini. Mariah kita membangun dengan mengikuti kehendak Tuhan, sehingga kesejahteraan dan keadilan dapat kita raih.


Sumber: [SBU – 10 Agustus 2024 | Pagi]

Doa: (Tuhan, kami bergumul untuk membangun bangsa ini, namun ikatan masa lalu dengan keterbelakangannya masih saja kami lakukan. Mohon berkat-Mu dalam kami hidup dan bimbinglah agar kami mengikuti kehendak-Mu)