HARI MINGGU VI SESUDAH PASKAH
“SALING MEMBANTU UNTUK MEMBANGUN”
1 Raja-raja 5:5-6
5:5 Dan ketahuilah, aku berpikir-pikir hendak mendirikan sebuah rumah bagi nama TUHAN, Allahku, seperti yang dijanjikan TUHAN kepada Daud, ayahku, demikian: Anakmu yang hendak Kududukkan nanti di atas takhtamu menggantikan engkau, dialah yang akan mendirikan rumah itu bagi nama-Ku. 5:6 Oleh sebab itu, perintahkanlah orang menebang bagiku pohon-pohon aras dari gunung Libanon, dan biarlah hamba-hambaku membantu hamba-hambamu, dan upah hamba-hambamu akan kubayar kepadamu seberapa juga kauminta, sebab engkau tahu, bahwa di antara kami tidak ada seorangpun yang pandai menebang pohon sama seperti orang Sidon.”
“… dan biarlah hamba-hambaku membantu hamba-hambamu, dan upah hamba-hambamu akan kubayar kepadamu seberapa juga kauminta…” (ay.6)
Identitas pela dalam masyarakat Maluku merupakan salah satu keunikan yang dimiliki negeri ini. Budaya pela juga digunakan saat orang Maluku membangun tempat ibadah (Kristen dan Islam). Umat Muslim selalu terlibat dalam proses pembangunan gedung Gereja, atau sebaliknya, umat Kristen pasti terlibat dalam proses pembangunan Masjid. Fenomena ini sudah menjadi pemandangan turun-temurun berdasarkan ikatan persaudaraan yang kuat.
Di balik pembangunan Bait Allah yang megah di zaman Salomo melibatkan orang lain di luar Israel. Selain ketersediaan bahan bangunan yang terbatas, ternyata dibutuhkan juga tenaga tambahan untuk membantu proses pembangunan. Salomo menjalankan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan untuk membangun rumah bagi-Nya. Relasi persaudaraan yang dimiliki oleh Daud / Israel dengan bangsa-bangsa lain menjadi peluang besar bagi Salomo untuk mempercepat pembangunan Bait Allah.
Persaudaraan menjadi modal besar sekaligus keunikan mewarnai dalam proses pembangunan Bait Allah. Kemegahan Bait Allah tidak saja terletak pada bentuk fisiknya yang besar, elegan dan mahal. Tetapi, juga karena keterlibatan orang-orang di luar bangsa Israel dengan ikatan rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka.
Rumah Tuhan tidak sekadar bangunan fisik dengan sekat-sekatnya. Rumah Tuhan tidak hanya dibatasi atau hanya miliki orang-orang tertentu. Rumah Tuhan adalah tempat bagi semua umat Tuhan. Kesadaran ini yang harus terus kita bangun sebagai Gereja, dimana kita harus membiasakan diri untuk membangun kehidupan dengan saling membantu tanpa sekat-sekat perbedaan yang membatasi kita dengan orang lain. Hidup kita adalah alat Tuhan untuk menjadikan dunia ini sebagai rumah-Nya yang ramah bagi semua orang, bahkan semua makhluk.
Sumber: [SBU – 05 Mei 2024 | Malam]
Doa (Ya Bapa, jauhkan kami dari rasa benci, iri dan dengki agar kami dapat menjadi rumah-Mu untuk semua orang)