MINGGU II PRAPASKAH
SABAR MENANTI MESKI MENDERITA
Yakobus 5:7-9
Bersabar dalam penderitaan
5:7 Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. 5:8 Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! 5:9 Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.
“Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!” (ay.7a)
Komunitas penerima surat Yakobus (ay.1 komunitas itu disebut sebagai kedua belas suku di perantauan) tentu menjadi bagian dari orang-orang percaya yang juga menantikan kedatangan Yesus segera terwujud (bnd. Kis. 1:11). Ketika kedatangan Yesus tidak terjadi segera dalam waktu singkat sebagaimana diharapkan, maka mereka mulai bersungut-sungut dan saling menyalahkan (ay.8-9). Terlebih saat itu, sebagai orang Kristen mereka juga mengalami penderitaan: ditindas pemerintah dan dikucilkan masyarakat sekitar. Mereka sesungguhnya berharap bahwa penderitaan yang mereka alami tidak akan berlangsung lama jika Yesus segera datang kembali. Pada kenyataannya, Yesus belum juga datang kembali sebagaimana yang mereka harapkan sementara penderitaan yang mereka alami pun sepertinya tidak berujung.
Pada ay.7, Yakobus memakai perumpamaan: sabarlah seperti petani yang menantikan hasil tanahnya. Bukankah hasil tanah itu pasti akan terlihat dan dipanen pada waktunya, sekalipun petani itu harus menunggu cukup lama (dari musim gugur (+3 – 4 bulan) sampai musim semi berarti melewati musim dingin dulu (+3 bulan) baru musim semi). Jika petani yang sabar itu akan menuai hasilnya, maka umat percaya juga akan menuai hasil asalkan menjalaninya dengan ‘haruslah bersabar dan meneguhkan hatimu (ay.8)…
Yakobus sadar bahwa terlalu lama menunggu dalam keadaan yang tidak nyaman (mengalami penindasan dan pengucilan), dapat membuat orang percaya bersungut-sungut dan terpicu perselisihan (= saling mempersalahkan). Di sinilah Yakobus menegaskan, meskipun kita berada dalam masa penantian, Tuhan – sebagai Hakim yang Adil melihat dan mempertimbangkan yang kita lakukan. Oleh karena itu, Yakobus mengingatkan kita untuk tidak melakukan kesalahan sekalipun sedang dalam masa penantian panjang seolah tidak berujung. – ay.9. Mari masuki hari baru, apa pun warnanya dengan kesabaran!
Sumber: [SBU – 20 Maret 2024 | Pagi]
Doa: (Ya Tuhan, berikanlah aku kesabaran seperti seorang petani yang menantikan waktu untuk menuai)