MINGGU II PRAPASKAH
MARI LIBATKAN TUHAN DALAM PERENCANAAN
Yakobus 4:13-16
Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan
4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, 4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” 4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
“Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (ay.15)
He (or she) who fails to plan is planning to fail – Wiston Churchill. Istilah yang umum terdengar ini hendak menyatakan bahwa sebelum melakukan suatu kegiatan adalah penting untuk melakukan sebuah perencanaan matang. Dalam ilmu manajemen, bahkan ada tujuh tahap dalam perencanaan, yaitu: 1). Merumuskan tujuan, 2). Menetapkan tujuan, 3). Melakukan analisa kesempatan, 4). Melakukan analisa sumber daya, 5). Identifikasi dan pengembangan alternatif, 6). Implementasi strategi dan 7). Pelaksanaan keputusan.
Jika perencanaan begitu penting, mengapa Yakobus menegur keras pedagang yang membuat perencanaan yang sangat detail tahapannya dan sepintas ‘begitu cemerlang. Baik itu, soal: waktu keberangkatan (hari ini atau besok), kota tujuan (kota anu), lamanya tinggal (setahun), apa yang akan dikerjakan (berdagang), dan apa yang akan diperoleh (keuntungan, sukses) – ay.13. Pertama, meski pedagang perlu bermodalkan optimisme, namun ia tetaplah manusia yang terbatas. Keterbatasan itu nyata dalam hal ketidakmampuan untuk mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Jangankan esok hari, satu detik ke depan saja kita tidak tahu. Benarlah kata Yakobus, hidup manusia sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (ay.14).
Kedua, bagi Yakobus, relasi yang erat dan melekat dengan Allah Bapa lebih utama didahulukan. Dengan melibatkan Tuhan, kita terhindar dari kesombongan ketika kita sukses; atau keterpurukan ketika kita gagal dan hilang pengharapan. Melibatkan Tuhan berarti menjadikan Dia sebagai satu-satunya penuntun hidup di tengah dunia yang singkat dan penuh misteri ini, termasuk mengomuni kasikan segala hal agar kehendak Tuhan yang terjadi atas hidup kita, bukan sebaliknya, Tuhan dipaksa setuju atas kehendak kita. Seorang kristiani yang baik akan membawa seluruh rencana dan harapan kehidupannya kepada Allah dan berucap: “Jika Allah menghendakinya.”
Sumber: [SBU – 18 Maret 2024 | Malam]
Doa (Ya Tuhan, bimbinglah dan teguhkanlah kami agar kehendak-Mu sajalah yang terjadi dalam hidup kami dan bukan kehendak kami)