MINGGU III PRAPASKAH
BUKAN TEGORAN, MELAINKAN KEPEDULIAN
Lukas 18:35-39
Yesus menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho
18:35 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. 18:36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” 18:37 Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.” 18:38 Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” 18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”
Mereka yang berjalan di depan, menegor dia supaya diam (ay. 39)
Sejak semula Tuhan Allah telah menciptakan dunia dan kehidupan ini baik dan indah. Namun, seiring perjalanan waktu, kehidupan yang baik dan indah itu mulai diwarnai dengan permasalahan. Salah satu masalahnya adalah tipis bahkan hilangnya kepekaan sosial atau kepedulian. Ada banyak faktor mengapa kepekaan sosial itu semakin menipis, di antaranya karena adanya persaingan yang keras serta kemajuan digital. Dalam perjalanan ke Yerikho, Lukas dalam narasinya menyampaikan ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Banyak orang berusaha untuk datang dan bertemu dengan Yesus. Kegaduhan orang banyak untuk bertemu Yesus menimbulkan keingintahuan orang buta tentang apa yang terjadi. Setelah tahu bahwa Yesus lewat di daerah itu, secara spontan orang buta itu berseru: Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku. Orang buta itu sadar betul bahwa bukan hal yang mudah untuk berteriak di tengah kerumunan orang banyak. Yang menyedihkan adalah bahwa dia ditegor dan disuruh diam oleh orang yang ada di depan. Reaksi atau sikap orang itu sangat menyedihkan, seolah-olah menunjukkan sikap ketidakpedulian atau ketidakpekaan. Orang itu hanya terfokus pada usahanya untuk bertemu dengan Yesus dan tidak peduli dengan sesamanya. Mereka sehat, namun lumpuh dalam kesadaran atau naluri sebagai umat Allah. Gereja sesuai dengan panggilannya diingatkan untuk mengenali apa yang menjadi tugasnya sebagai murid-murid Kristus, yaitu peka atau peduli terhadap sesama dalam pergumulannya.
Sekalipun mendapat hambatan, orang buta itu tidak menyerah bahkan ia semakin keras berseru memohon kepada Yesus. Semangat tidak menyerah dan terus berseru kepada Tuhan kiranya kita miliki dalam perjalanan iman bersama-Nya. Kiranya juga semangat itu kita tunjukkan melalui kepedulian terhadap sesama.
Sumber: [SBU – 14 Maret 2024 | Pagi]
Doa: (Tuhan berilah kami hati yang peduli kepada sesama)