MINGGU III PRAPASKAH
PEMBENARAN ADALAH ANUGERAH TUHAN
Lukas 18:9-12
Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai
18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 18:10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
“Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:..” (ay.9)
Mungkin di antara kita ada yang belum tahu tentang sindrom Thanos. Thanos adalah salah satu tokoh dalam film Avanger. Karakter Thanos dalam film tersebut jahat, rela melakukan apa saja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan selalu merasa benar. Sindrom Thanos merupakan tipe kepribadian yang cenderung toxic atau membawa pengaruh buruk pada lingkungan sosial dan selalu merasa paling benar. Orang seperti ini cenderung tidak mau peduli pada perasaan orang lain.
Jauh sebelum sindrom Thanos muncul, Yesus telah menyoroti dan memberi perhatian terhadap sikap dan perilaku orang-orang yang menganggap diri paling benar dan memandang rendah orang lain. Untuk menegur dan mengingatkan orang-orang yang merasa paling benar, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang 2 orang yang datang ke Bait Allah untuk berdoa. Mereka adalah orang Farisi dan pemungut cukai.
Yesus tahu betul siapa orang Farisi. Di Bait Allah dengan penuh percaya diri mereka berdoa walaupun dari isi doanya dapat dikatakan bahwa yang dilakukannya bukan berdoa. Dalam doanya, mereka menyampaikan kepada Tuhan bahwa mereka adalah orang yang benar. bukan perampok, tidak lalim, bukan pezinah. Orang Farisi, rajin berpuasa dan memberikan persepuluhan dari semua penghasilannya. Dengan perbuatannya, ia berharap Tuhan akan membenarkannya.
Tuhan tahu bahwa orang Farisi itu datang kepada-Nya tidak dengan hati yang tulus dan menyembah. Sebaliknya ia datang kepada Tuhan dengan kesombongan dan merendahkan orang lain, karena itu ia tidak menerima pembenaran dari Tuhan. Belajar dari sikap orang Farisi kita diingatkan bahwa untuk mendapat perkenan dari Tuhan yang diperlukan bukan daftar panjang tindakan yang membanggakan diri tetapi hati yang menyadari ketidaklayakan diri sehingga membutuhkan perkenan Tuhan
Sumber: [SBU – 13 Maret 2024 | Pagi]
Doa: (Di hadirat-Mu kami merasa tidak layak. Kasihanilah kami ya Tuhan)