25 Januari 2024 – Malam | 20240125

MINGGU III SESUDAH EPIFANI


DALAM PERLINDUNGAN ALLAH

Kisah Para Rasul 28:1-6
Paulus di Malta
28:1 Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa daratan itu adalah pulau Malta. 28:2 Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin. 28:3 Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. 28:4 Ketika orang-orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: “Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.” 28:5 Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. 28:6 Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa.


Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. (ay. 5)
Peribahasa berkata sudah jatuh tertimpa tangga pula yang artinya mendapatkan musibah secara beruntun atau bertubi-tubi. Biasanya komentar demikian muncul jika sesorang mengalami persoalan yang tidak ada habisnya. Orang lalu merasa turut prihatin dan beranggapan nasib buruk sudah jadi bagian hidupnya. Sikap semacam ini perlu diwaspadai supaya kita jangan terburu-buru menilai sebuah peristiwa tanpa informasi yang akurat.
Penduduk Malta menyambut dengan sangat ramah kedatangan penumpang kapal yang terdampar di pulau mereka. Paulus termasuk yang juga mengalami perlakuan ramah. Paulus turut mengambil seberkas ranting untuk diletakkan di atas api. Tanpa diduga, seekor ular berbisa menggigit tangan Paulus. Reaksi umum muncul: sudah jatuh tertimpa tangga pula. Orang-orang Malta segera memberi stigma negatif kepada Paulus sebagai seorang pembunuh, dan karena itu menurut mereka: “meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan”. Mereka berkomentar berdasarkan keyakinan mereka dan karena itu mereka berpikir bahwa (tangan) Paulus “akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga”. Yang mereka pikirkan jauh dari kenyataan. Hukum sebab akibat tidak terjadi pada diri Paulus yang membuatnya sakit atau mati. Kesehatan Paulus tetap prima dan tidak ada yang perlu dicemaskan. Dengan cepat, orang-orang Malta menyebut Paulus sebagai dewa. Mereka tidak memiliki pengertian bahwa Paulus adalah hamba Allah yang hidupnya dalam perlindungan Allah.
Dari pagi sampai malam, kita sudah mengerjakan banyak hal. Mungkinkah hari ini banyak peristiwa buruk yang terjadi? Jangan mudah berkomentar bahwa kita hidup seperti orang jatuh yang tertimpa tangga pula! Pertolongan Tuhan selalu terjadi berulang-ulang. Rayakan kebaikan Tuhan dengan pilihan-pilihan hidup yang positif baik di ruang nyata maupun di status media sosial sehingga yang membaca turut bersyukur dan bersukacita.


Sumber: [SBU – 25 Januari 2024 | Malam]

Doa (Sungguh bersyukur jika setiap hari kami mengalami mujizat Tuhan yang tidak ada habisnya. Terpuji nama Tuhan Yesus selamanya)