29 Juni 2024 – Pagi | 20240629

MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA


TUMBUH SEBAGAI JEMAAT YANG SEHATI-SEJIWA

Kisah Para Rasul 4:32-35
Cara hidup jemaat
4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 4:34 Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.


mereka sehati dan sejiwa,…” (ay.32)
Sebuah truk yang besar bergerak melewati jalan di bawah rel kereta api. Truk itu terjepit di antara jalan dan balok penyangga di atas. Semua usaha para ahli untuk membebaskannya tidak berhasil sehingga lalu lintas menjadi macet. Seorang anak kecil berulang kali mencoba menarik perhatian mandor yang bekerja di situ, tetapi selalu dikesampingkan. Akhirnya dengan sangat gusar, mandor itu berkata, “Saya kira engkau datang untuk mengatakan kepada kami bagaimana caranya menyelesaikan pekerjaan ini?” “Ya,” kata anak itu. “Coba kempeskan sedikit ban truk itu.” (dikutip dari buku Doa Sang Katak oleh Anthony de Mello,)
Cerita di atas bisa dimaknai sebagai cara kita menghargai pendapat orang lain meskipun pendapat itu belum tentu dapat diterima oleh banyak orang. Kadang-kadang pendapat yang benar tetapi disampaikan oleh orang yang dianggap tidak berpengalaman, tidak digubris. Kenyataan seperti ini bisa terjadi di jemaat. Terbentuknya jemaat Kristen perdana pun berawal dari ‘kekacauan’ komunikasi ketika Roh Kudus turun, semua murid Yesus berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda. Pelayanan dan kesaksian terus berjalan sementara jemaat makin bertambah. Kenyataan seperti ini yang menyebabkan kerinduan untuk menata persekutuan jemaat. Hal dasar yang ditekankan dalam cara hidup jemaat adalah setiap orang memberikan diri bagi pelayanan dan milik kepunyaannya bagi pengembangan jemaat. Komitmen bertumbuh dan berjalan bersama ini dimulai dari menerima dan menghargai pemberian jemaat sebagai milik bersama. Kesatuan jemaat diikat oleh prinsip ‘sehati-sejiwa’ (ayat 32). Para rasul tidak merasa diri mereka lebih penting, karena kehadiran jemaat pun sangat mendukung pekerjaan Tuhan. Mari membangun kesatuan hati dan jiwa di dalam Kristus agar pelayanan semakin berbuah bagi kemuliaan-Nya.


Sumber: [SBU – 29 Juni 2024 | Pagi]

Doa: (Tolonglah kami ya Tuhan untuk selalu membangun persekutuan yang sehati dan sejiwa)