MINGGU IV SESUDAH EPIFANI
TUHAN Mahatahu
Keluaran 14:9-12
14:9 Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. 14:10 Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, 14:11 dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? 14:12 Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.”
…Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir daripada mati di padang gurun ini”” (ay. 12)
Maut dan segala kengeriannya mendekat. Sesuatu yang jahat mengintai dalam kegelapan dan pemandangan yang dilihat hampir menghentikan detak jantung. Seakan belum cukup ketakutan yang ditimbulkan, jalan buntu menghadang di depan. Tak ada jalan keluar, lumpuh dan membeku, ketakutan itu mewujud dengan sempurna.
Demikianlah situasi bangsa Israel saat mereka melihat Firaun dan tentaranya mengejar mereka. Di depan mereka adalah laut yang dalam dan luas. Mati, itulah kesimpulan mereka. Lalu, muncullah penilaian yang mengkhianati dan merendahkan Tuhan di sana “Lebih baik kami menjadi budak tapi hidup, daripada bebas tapi mati di padang gurun.” Sungguhkah? Bukankah ada banyak sekali orang yang memuja kebebasan sehingga rela untuk mati? Bangsa Indonesia, misalnya, punya semboyan perjuangan : “Merdeka atau mati.” Lagipula, bukankah pilihan itu tidak hanya perbudakan atau mati? Bagaimana dengan pilihan berjuang untuk hidup dan menang, yang jauh lebih positif dan menyemangati? Bangsa Israel menjadi salah karena mereka lebih memilih melihat kengerian maut daripada kuasa Tuhan yang Mahabesar.
Kengerian maut memang membuat orang salah berpikir dan bertindak. Hubungan kasih suami-istri menjadi permusuhan, anak membenci orangtua atau sebaliknya, kakak dan adik saling menyalahkan, teman menjadi lawan. Pada era digital ini, kondisi ini semakin diperburuk dengan perang “status” di media sosial. Dalam kengerian maut kita memilih yang salah dan berpikir itu lebih baik. Tapi itu bukan pilihan satu-satunya, ada yang jauh lebih baik. Pilihan itu adalah Jalan Tuhan yang tampil ke depan dan mengalahkan maut bagi kita. Jalan Tuhan adalah mengasihi, meneduhkan, mendamaikan, membangun dalam kebenaran dan kekudusan. Mari memilih yang benar agar kita berbahagia.
Sumber: [SBU – 29 Januari 2024 | Pagi]
Doa: (Tuhan, sang Juruselamat kami, mampukan kami memilih jalan-Mu yang benar dan hidup di dalamnya)