MINGGU V PRAPASKAH
KEGEMBIRAAN BATIN DAN DAMAI SEJAHTERA
Roma 14:21-23
14:21 Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu. 14:22 Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah. Berbahagialah dia, yang tidak menghukum dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. 14:23 Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.
“Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah.” (ay.22a)
Sesuatu yang kita lakukan dalam keraguan terkadang disebabkan oleh ketidakyakinan atas perbuatan kita sendiri. Biasanya terjadi sebab kita membandingkan diri kita dengan orang lain dan memikirkan pandangan orang lain terhadap perilaku kita. Sikap ragu itu telah membatasi keberanian kita untuk hadir sebagai pribadi yang seharusnya.
Paulus mengajarkan jemaat Roma tentang keyakinan yang berdasarkan iman kepada Kristus. Kalaupun seorang kuat tidak makan atau minum, keyakinannya tetap utuh. Allah menjadi saksi bahwa ia tidak membuang kebebasan kristianinya, tetapi tetap berpegang teguh pada anugerah yang telah diperoleh Yesus Kristus. Karena itu, keyakinan tidak perlu dipamerkan, dengan kata-kata pun tidak. Justru orang yang “kuat” berhadapan dengan Allah, tidak mungkin keyakinannya itu mengandung unsur penghinaan terhadap orang lemah. Ketika yang “kuat dan yang “lemah” saling menerima, maka tidak sikap saling menghakimi sebab ukuran yang dipakai adalah kasih terhadap saudara. Saling menerima itu kehendak Tuhan. Orang yang melakukan kehendak Allah disebut sebagai orang yang mengalami kegembiraan batin. Kegembiraan itu adalah buah dari kasih yang mendatangkan damai dengan Allah dan dengan sesama orang percaya.
Pertanyaan reflektif bagi kita saat ini: “Bagaimanakah kehidupan persekutuan kita?” Apakah hal yang dinasihatkan Paulus kepada jemaat Roma sudah terwujud dalam hidup bergereja kita? Apakah setiap warga jemaat sudah saling menerima kekuatan dan kelemahan masing-masing dan ketika ada persoalan tidak saling menghakimi dan menyalahkan melainkan bersama-sama berpikir dan mencari solusi terbaik mengatasi persoalan? Keutamaan hidup orang percaya adalah merealisasikan imannya. Karena dengan melakukan kehendak Tuhan, ia mengalami kegembiraan batin atau bahagia. Orang yang bahagia akan mendatangkan damai di tengah hidup persekutuan
Sumber: [SBU – 28 Februari 2024 | Malam]
Doa (Beri kami hati yang selalu sedia dibentuk untuk melakukan kehendak-Mu)