27 Agustus 2024 – Pagi | 20240827

MINGGU XIV SESUDAH PENTAKOSTA


TUHAN ALLAH, SANG KHALIK ALAM SEMESTA

Kejadian 2:4-6
2:4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, — 2:5 belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; 2:6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu–


“Belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada manusia untuk mengerjakan tanah” (ay.5)  

Nats Alkitab kita pagi ini kembali menegaskan bahwa Allah adalah Sang Khalik. Ketika Ia menjadikan langit dan bumi, belum ada tumbuh-tumbuhan, manusia dan semua yang ada. Hujan juga belum diturunkan. Bahkan, manusia yang mengelola tanah juga belum ada di bumi. Meskipun demikian, ada kabut yang turun membasahi permukaan bumi.

Di balik narasi Alkitab pagi ini tersirat bahwa kemahakuasaan Tuhan Allah melampaui alam semesta. Dialah yang berkuasa atas jagad raya dan segala sesuatu di dalamnya, termasuk atas manusia. Dialah yang mengawali dan mendahului segala sesuatu. Dalam kuasa-Nya segala sesuatu ditata sedemikian rupa. Allah tahu kapan waktu yang tepat untuk mendatangkan sesuatu di bumi. Oleh karena itu, semua yang Dia ciptakan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, tak terkecuali kita manusia.

Sebagai Sang Khalik, Allah tidak bergantung pada siapa pun atau apa pun. Dia bebas untuk melakukan apa saja yang dipandang-Nya baik. Sekalipun demikian, tak bisa kita sangkal, bahwa masih ada kecenderungan pemahaman naturalistik tentang Allah, seolah-olah Ia seperti dewa-dewi atau ilah-ilah yang hadir menurut selera manusia. Hal itu tampak melalui bermacam-macam upaya manusia membuat figur atau model tuhannya. Misalnya, ada yang mempertuhankan matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, patung-patung, dsbnya. Bahkan, dewasa ini muncul tuhan-tuhan modern, seperti perangkat-perangkat IT, harta kekayaan, jabatan atau kedudukan, prestise, harga diri, dsbnya. Kiranya kisah penciptaan dalam kitab Kejadian ini menyadarkan kita bahwa bukan kita yang menciptakan Tuhan Allah, melainkan Dialah yang telah menciptakan kita manusia. Dia bagaikan pembuat tembikar, sedangkan kita adalah tanah liat yang siap dibentuk menurut kehendak-Nya.


Sumber: [SBU – 27 Agustus 2024 | Pagi]

Doa: (Ya Allah, terima kasih Engkau berkenan menjadi Sang Khalik yang melindungi kami baik siang, maupun malam)