26 Juni 2024 – Pagi | 20240626

MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA


UJIAN KEBESARAN HATI

Lukas 15:25-27
15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.


“Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena la mendapatnya kembali dengan sehat” (ay.27)
Ajang kompetisi selalu menimbulkan persaingan. Setiap peserta
selalu mengharapkan kemenangan. Namun apakah suatu kompetisi hanya sekadar membuktikan siapa yang terbaik dan siapa yang layak menang? Bila tujuannya hanya menang atau kalah maka kompetisi hanya berujung pada rasa kecewa bahkan bisa mencari-cari kesalahan atas kekalahan yang dialami.
Suasana kompetitif ini rupanya yang tercipta antara anak sulung terhadap anak bungsu. Anak sulung merasa punya hak penuh atas rumah dan warisan ayahnya karena ia adalah anak yang selalu setia menemani serta melayani ayahnya. Berbeda dengan anak bungsu yang sudah menerima bagian warisan ayahnya kemudian pergi dan menghabiskan harta warisan tersebut. Maka ketika anak bungsu kembali ke rumah dengan keadaan menyedihkan, apakah masih layak diterima? Di sinilah persoalannya. Anak sulung merasa ia sudah bekerja dan melayani ayahnya, tetapi mengapa anak bungsu kembali diterima di rumah dan disambut dengan pesta? Bukankah anak sulung yang selama ini memenangkan hati ayahnya lebih berhak menikmati sukacita dengan pesta syukur?
Bagi si sulung rumah menjadi tempat ia berkompetisi melawan saudaranya untuk merebut hati sang ayah. Sedangkan anak bungsu melihat rumah sebagai tempat pemulihan dan pertobatan atas kesalahan yang dilakukannya.
Keluarga dan jemaat adalah tempat kita merindukan kasih Allah. Mari melihat keluarga dan jemaat bukan sebagai rumah kompetisi untuk menampilkan siapa yang paling baik, yang paling berkenan kepada Allah. Allah menerima dan menyambut setiap orang yang mau menjalani hidup baru dan membarui komitmen untuk taat melakukan kehendak-Nya. Ingatlah, dalam perjalanan hidup kita, ujian kita adalah memiliki kebesaran hati untuk menerima sesama dengan saling menopang dan menikmati kasih Allah.


Sumber: [SBU – 26 Juni 2024 | Pagi]

Doa: (Ya Tuhan tolonglah kami untuk memiliki kebesaran hati, menerima setiap orang dengan saling menopang dan mengasihi)