26 Juni 2024 – Malam | 20240626

MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA


MERAYAKAN SUKACITA DENGAN TULUS

Lukas 15:28-32
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”


“Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali” (ay 32)
Jika hati yang gembira adalah obat yang manjur seperti tertulis dalam Amsal 17:22, maka seharusnya kehidupan ini sangat mudah dijalani. Pergumulan yang berat tidak menjadi beban karena kita sudah memiliki obatnya, yaitu: hati yang gembira.
Seorang penulis sekaligus penginjil yang sering berkotbah melalui radio, Charles Swindoll pernah berkata (dalam bukunya: Laugh Again) bahwa ada 3 hal yang dianggap sebagai pencuri sukacita: kekuatiran, tekanan batin, dan ketakutan. Kekuatiran bisa menjadi pencuri sukacita karena selalu gelisah terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi. Tekanan batin adalah tentang ketegangan terhadap segala yang tidak bisa dikendalikan dan ketakutan adalah tentang kecemasan dan bayang-bayang kegagalan atau segala hal buruk yang dianggap akan terjadi.
Ketika anak bungsu kembali ke rumah dan disambut dengan sukacita oleh ayahnya, sukacita yang selama ini dirasakan oleh anak sulung tercuri dari dirinya. Pencuri sukacita itu adalah ini hati (kuatir anak bungsu diistimewakan), tekanan batin (ayah tidak peduli lagi pada dirinya) dan ketakutan akan kehilangan rasa nyaman yang selama ini dimiliki. Tetapi sang ayah justru mengajak si anak sulung agar jangan kehilangan rasa sukacita karena kepulangan si bungsu bersama mereka, memulai hidup baru dengan bertobat dan meninggalkan segala kesalahan yang pernah dia lakukan.
Mari dalam berbagai keadaan peliharalah dan rayakanlah sukacita selalu dengan tulus karena Kristus senantiasa menerima dan membarui kehidupan kita. Terimalah kehadiran orang lain sebagai bagian dari keluarga dan persekutuan jemaat. Janganlah kita menerima seseorang dengan memandang dirinya berdasarkan masa lalunya. Setiap kita telah mengalami penerimaan, pemulihan, dan pembaruan oleh Allah berdasarkan cinta-Nya yang tanpa batas dan tanpa memandang masa lalu kita.


Sumber: [SBU – 26 Juni 2024 | Malam]

Doa (Ya Roh Kudus, pulihkanlah kami dari kekuatiran, tekanan batin dan ketakutan dengan sukacita-Mu yang membarui kehidupan kami)