25 Juni 2024 – Malam | 20240625

MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA


YANG HILANG DIDAPAT KEMBALI

Lukas 15:20-24
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.


“Sebab anakku ini telah mati dan kini hidup kembali, ia telah hilang dan kini ditemukan kembali….” (ay.24)
Ada 3 benda yang biasanya dikuatirkan orang kalau sampai tertinggal atau bahkan hilang. Dompet, kunci (rumah atau kendaraan) dan handphone. Apabila salah satu dari benda tersebut hilang, bisa terbayangkan betapa merepotkan, karena berisiko terhadap keamanan diri dan data pribadi. Ada rasa memiliki yang tinggi terhadap ketiganya sehingga harus benar-benar dijaga. Inilah yang disebut dengan kemelekatan. Manusia memilih untuk melekatkan dirinya pada sesuatu yang dianggap memberikan kenyamanan bagi dirinya. Kisah anak bungsu yang gagal total hidupnya juga disebabkan oleh kemelekatan terhadap harta pemberian ayahnya. Anak bungsu melekatkan dirinya pada pemberian ayahnya tetapi tidak melihat betapa sang ayah sangat mengasihi dirinya.
Benar saja, saat kehancuran hidup itu pun tiba ketika anak bungsu sudah tidak memiliki apa pun dan menyesal karena melekatkan dirinya pada harta bukan pada kasih sang ayah.
Kisah tentang anak yang hilang ini tidak berakhir pada kegagalan si anak bungsu. Sesungguhnya inti kisah ini justru pada sang ayah yang menganggap anak bungsu sebagai milik berharga yang dikasihinya. Itulah sebabnya sang ayah tidak melihat seberapa banyak harta yang telah dihabiskan oleh anak bungsu. Peristiwa kembalinya anak bungsu ke rumah adalah pemenuhan kerinduan yang sangat berarti bagi ayahnya.
Ayat 24: “sebab, anakku ini telah mati dan kini hidup kembali… adalah ungkapan sukacita sang ayah. Allah tidak pemah menghitung dosa dan kegagalan kita selama ini, tetapi Allah justru menyambut kita yang bertobat dan kembali kepada-Nya. Kemelekatan dengan dunia menghasilkan kegagalan dan penderitaan. Ketika kita memilih melekat kembali kepada Allah, maka la akan menyambut kita sebagai anak hilang yang telah kembali, anak-anak kesayangan Allah, anak-anak milik Allah yang berharga.


Sumber: [SBU – 25 Juni 2024 | Malam]

Doa: (Kami bersyukur untuk kemurahan-Mu yang menemukan dan menerima kami yang selama ini menghilang dari-Mu. Roh Kudus bimbinglah kami untuk selalu melekatkan diri pada Kristus)