HARI MINGGU I PRAPASKAH
LOVERS atau HATERS ?
Yohanes 12:17-19
12:17 Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia ketika Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara orang mati, memberi kesaksian tentang Dia. 12:18 Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu. 12:19 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: “Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia.”
“Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia…” (ay. 18)
Selain lovers atau fans, haters merupakan fenomena (kecenderungan) sosial yang marak di era digital saat ini. Anonimitas memberi kebebasan bagi mereka untuk mencela, menghina, merendahkan, menyerang, bahkan menipu dan memeras orang lain. Akibat perbuatan demikian banyak orang mengalami depresi, bahkan dalam beberapa kasus termotivasi melakukan bunuh diri. Demikianlah media sosial tidak jauh lebih aman ketimbang jalanan, rumah, lembaga pendidikan, dan berbagai sarana publik lainnya.
Yohanes menceritakan bahwa Yesus sebagai seorang Rabi di Israel pernah mengalami kejadian serupa. Meski ajaran dan pelayanan-Nya mempresentasikan kedatangan Kerajaan Allah, tidak semua orang menaruh simpati kepada-Nya. Hanya mereka yang melihat dan mendengar, serta percaya kepada-Nya yang bersedia menyongsong kedatangan-Nya di Yerusalem. Sementara beberapa orang Farisi justru sibuk berkelahi seorang dengan yang lain karena mereka cemburu melihat sambutan orang banyak yang meriah atas pribadi dan tindakan simbolik Yesus.
Pengalaman Yesus ini memperingatkan kita bahwa lovers dan haters merupakan orang-orang dan/atau kelompok-kelompok yang umumnya hadir dalam kehidupan kita. Kendati keduanya memperlihatkan sikap yang berbeda, namun mereka sama-sama memiliki intensi dan ekspektasi tertentu terhadap kita. Karena itu, sikap bijak dan hati-hati, baik di dalam berkomentar maupun memposting sesuatu di media sosial, merupakan wujud tanggung-jawab sebagai pengikut Yesus.
Dengan melakukannya, maka aktivitas online kita sungguh menjadi kesaksian yang mendatangkan damai sejahtera dan memuliakan Tuhan. Lebih daripada itu, kita juga terhindar dari godaan untuk menjadi seorang hater yang merusak citra diri dan nama baik orang lain. Mari menjadi lovers yang apresiatif serta cakap mengekspresikan nalar kritis secara santun dan kreatif. Jangan mau terinfeksi virus “Farisi,” yakni virus cemburu, sakit hati, dan dengki.
Sumber: [SBU – 24 Maret 2024 | Malam]
Doa: (Ya Kristus, anugerahkanlah kami hati yang bijaksana dan waspada dalam memanfaatkan media sosial)