HARI MINGGU V SESUDAH PENTAKOSTA
MERAWAT MILIK ALLAH
Lukas 12:16-21
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”
“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, tetapi tidak kaya di hadapan Allah.” (ay.21)
Peristiwa kejatuhan manusia dalam dosa seperti yang digambarkan oleh kitab Kejadian merupakan momen kritis hubungan Allah dengan manusia. Kasih Allah terkoyak oleh keputusan manusia sendiri. Manusia tidak bisa mengendalikan keinginannya. Manusia menganggap segala milik Allah hanya untuk memuaskan keinginan manusia. Padahal Allah menciptakan manusia sebagai kawan sekerja untuk memelihara dan mengelola segala ciptaan-Nya.
Di sinilah kita bisa memahami perumpamaan tentang orang kaya yang disampaikan Yesus kepada orang banyak. Kekayaan dan kelimpahan materi yang ada pada manusia bukanlah dosa.
Ada 3 hal yang menjadi penekanan Yesus dalam perumpamaannya:
Pertama, sangat wajar seseorang memiliki kekayaan karena usaha dan kerja kerasnya. Memiliki tanah luas dan ladang yang berlimpah bukanlah suatu kesalahan atau dosa. siapa saja memperoleh kesempatan yang sama untuk memiliki kekayaan.
Kedua, masalah datang ketika ketamakan atau keserakahan muncul. Keinginan untuk memiliki lebih banyak mulai menguasai hati, lalu mengumpulkan sebanyak mungkin hasil ladang dengan membangun lumbung-lumbung dan menimbunnya untuk memuaskan diri. Di sinilah persoalannya, kerja keras untuk menghasilkan yang baik berubah menjadi kerja keras untuk memuaskan keinginan din tanpa batas.
Ketiga, kerja keras yang didasari oleh keserakahan atau ketamakan adalah bentuk pengingkaran bahwa segala sesuatu itu milik Allah. Kaya di hadapan Allah berarti memelihara dan merawat segala ciptaan Allah. Menghargai milik Allah harus diawali dengan sikap bersyukur dan bekerja keras bahwa segala yang didapat adalah milik Allah. Kita bekerja karena bertanggung jawab terhadap segala milik Allah yang dikaruniakan kepada kita. Jadikanlah segala hasil usaha dan kerja kita sebagai persembahan kudus kepada Tuhan, untuk melayani Tuhan dan bukan hanya untuk memenuhi keinginan pribadi.
Sumber: [SBU – 23 Juni 2024 | Malam]
Doa: (Ya Tuhan, terima kasih untuk segala yang kami miliki dan nikmati sebagai milik-Mu. Terimalah segala usaha dan kerja kami sebagai persembahan kami)