MINGGU ADVEN III
MENJADI SATU DENGAN ALLAH
Lukas 1:30-35
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. 1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” 1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” 1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Seorang pria berusia madya menyangka bahwa hidup yang ada saat ini adalah miliknya sendiri. la mulai melakukan segala sesuatu yang ia sukai tanpa mempertimbangkan keberadaan orang-orang di sekitarnya. Ia bertindak dengan tujuan mencari kesenangan dan memuaskan segala hasrat yang ada dalam diri, karena baginya, tubuhnya itu adalah miliknya sendiri dan dia hanya hidup satu kali. Sampai suatu ketika, ia menyadari bahwa ia tidak memiliki siapa-siapa. Tidak ada yang ingin berada dekatnya karena perilakunya selama ini hanya untuk memenuhi keinginannya sendiri. Benarkah hidup kita adalah milik kita?
Maria akan melahirkan seorang anak yang adalah Juruselamat bagi dunia ini. Namun, bukan itu yang dipertanyakan oleh Maria. la mempersoalkan bahwa dirinya belum menikah atau belum bersuami. Tampaknya, meskipun Maria dan Yusuf sudah bertunangan, mereka belum merencanakan perkawinan pada waktu dekat. Oleh karena itu, ia tidak langsung percaya dengan perkataan malaikat. Malaikat pun menjelaskan bahwa anaknya nanti akan disebut Anak Allah yang kudus karena Roh Allah sendiri akan menaungi Maria. Anak tersebut muncul karena Roh, tetapi daging tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Pertemuan antara Roh (Allah) dan daging (manusia) memperlihatkan bahwa Allah ada dalam hidup manusia. Kelahiran -Nya di dalam dunia bukan sekadar sebuah kunjungan, melainkan proses menyatu dengan manusia. Kita adalah kepunyaan Allah dan kelahiran Tuhan Yesus ke dalam dunia menjadi pertanda bahwa kita menjadi satu dengan dia, hidup kita bukan lagi hanya milik kita, tetapi juga milik Kristus. Dengan demikian, menghayati masa penantian kelahiran Tuhan Yesus, mari kita hidup sesuai maksud Allah yang hidup dalam diri umat-Nya.
Sumber: [SBU – 22 Desember 2023 | Pagi]
Doa: (Layakkanlah kami menantikan kehadiran-Mu di dalam dunia, ya Allah, sehingga kami menjadi satu dengan Engkau)