Dalam kisah Aladin, yang paling kita ingat adalah lampu ajaib yang memberikan tiga permintaan. Lampu ajaib itu mengubah nasib Aladin yang miskin menjadi lebih baik. Impian untuk hidup bahagia adalah yang dicari oleh banyak orang, dan lampu ajaib tersebut mewakili harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Demikian juga dengan kehidupan kita saat ini, untuk hidup benar dihadapan Allah, ada tiga cara hidup yang Allah sampaikan melalui nabi Mikha.
Pertama, berbuat adil. Ayat ini mengajarkan untuk berbuat adil. Ini bukan hanya tentang mematuhi hukum atau aturan, tetapi menjalani hidup dengan integritas dan kejujuran. Berbuat adil berarti menghormati hak-hak orang lain, tidak memanfaatkan kelemahan mereka, dan selalu bertindak dengan kebenaran. Ini adalah panggilan untuk menjadikan moralitas sebagai landasan hidup kita.
Kedua, mengasihi. Kasih adalah nilai fundamental dalam kekristenan. Ayat ini mengingatkan bahwa kita harus mengasihi dengan tulus. Artinya, kasih kita kepada sesama harus datang dari hati yang rendah hati dan tulus, bukan sekadar penampilan. Ini adalah panggilan untuk empati, belas kasihan, dan perhatian kepada orang lain.
Ketiga, hidup dengan rendah hati. Ayat ini juga menekankan pentingnya hidup sederhana dalam hubungan kita dengan Allah. Ini mengingatkan kita bahwa iman sejati bukan soal tindakan religius berlebihan atau pameran. Sebaliknya, memandang Allah sebagai pusat hidup kita, menjalani hidup dengan rendah hati, dan meng- gantungkan diri sepenuh pada-Nya.
Sebelum memulai aktivitas pagi ini, mari kita merenungkan ayat ini. Kita diajak untuk mengintrospeksi dan bertanya pada diri sendiri: Apakah kita menjalani hidup yang adil? Apakah kita mengasihi dengan tulus? Apakah kita hidup sederhana dalam hubungan kita dengan Allah?

Sumber: [SBU – 15 Desember 2023 | Pagi]

Doa: (Ya, Tuhan, ajarlah kami untuk hidup adil, mengasihi dan rendah