Seorang pria tinggal di kota kecil pada lereng gunung. Tiap tahun, musim hujan membawa ancaman banjir bandang. Pria tersebut menghormati Allah, bersiap fisik, dan berdoa agar Allah melindungi kota dari bahaya banjir. Dia tahu tak mengendalikan alam, jadi berdoa agar Allah melindungi kotanya. Dia ajak tetangga berdoa dan bersiap. Saat hujan lebat, sungai naik, tapi berkat persiapan dan doa, kota selamat dari banjir. Dia bersyukur kepada Allah.
Kisah ini mencerminkan takut akan Allah sebagai hormat dan ketundukan tulus. Pria itu mempersiapkan diri fisik dan memohon perlindungan. Takut akan Allah adalah sikap tulus dan hormat yang mendorong kita hidup sesuai dengan nilai-Nya dan bergantung sepenuhpada-Nya.
Demikian firman Tuhan dari Mikha 6: 9 10 bahwa Allah menghendaki bukan hanya tindakan yang baik dalam penampilan saja, tetapi hati tulus dan kehidupan yang benar di hadapan-Nya. Umat-Nya diingatkan untuk tidak terjebak dalam keserakahan dan ketidakadilan dalam memperkaya diri sendiri, tetapi hidup dengan adil dan berfokus pada nilai-nilai spiritual. Dengan demikian, mereka lebih mendekat kepada Allah dan memenuhi tuntutan-Nya. Dalam konteks takut akan Tuhan, kita juga diberikan dorongan untuk berdoa, beribadah, dan mencari petunjuk-Nya dalam setiap langkah hidup kita. Ini adalah cara untuk memelihara hubungan spiritual kita dengan Yang Maha Kuasa. Takut terhadap Allah adalah dasar bagi moralitas, etika, dan perilaku yang baik yang mencerminkan iman kita. Ketika kita merenung tentang takut terhadap Allah, kita diingatkan pentingnya hidup yang penuh dengan kesadaran akan kehadiran Allah dalam segala hal yang kita lakukan.

Sumber: [SBU – 15 Desember 2023 | Malam]

Doa (Ya, Tuhan, ajarlah kami memiliki kebijaksanaan dan takut terhadap Engkau)