MINGGU TRANSFIGURASI
DI ERA DIGITAL, KERAJAAN ALLAH TETAP PEDULI DENGAN ORANG BERDOSA
Matius 18:6-11
Siapa yang menyesatkan orang
18:6 “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. 18:7 Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. 18:8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. 18:9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua. 18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 18:11 (Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.)”
“Siapa saja yang menyebabkan salah satu dari yang kecil di antara yang percaya kepada-Ku ini berbuat dosa, lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (ay.6 TB 2)
Jika melihat sejarah kehidupan Kerajaan Roma dalam konteks bacaan saat ini, maka dapat ditemui bahwa Kerajaan Roma tidak peduli dengan dosa. Di Kerajaan Roma, berelasi dengan orang lain berdasarkan relasi tuan-hamba adalah hal lumrah. Tetapi, Kerajaan Allah memandang itu tidak lumrah: dosa! Karena itu, Kerajaan Allah melalui Yesus menghapus cara berelasi dengan paradigma tuan-hamba (band. Yohanes 15:15) dan menggantinya dengan paradigma persahabatan. Paradigma persahabatan mewartakan bahwa setiap orang setara.
Sebab itu, mereka yang melakukan manipulasi demi ambisi kesuksesan dan mengorbankan orang lain adalah orang-orang berdosa. Perikop ini sedang mengangkat hal itu. Di perikop ini, Kerajaan Allah menunjukkan bahwa menyesatkan anak kecil adalah suatu tindakan berdosa. Tuhan tidak ingin anak-anak kecil menjadi obyek dari tindakan berdosa, sedangkan para pelaku memandang diri mereka bersih dan suci. Kerajaan Allah melalui Yesus-mengutuk perilaku itu. Kerajaan Allah peduli anak-anak kecil. Kerajaan Allah melindungi mereka. Kerajaan Allah memahami para pelaku tindakan berdosa itu yang memandang diri mereka bersih dan suci layak mendapatkan hukuman sebab tindakan mereka keji. Karena itu, Yesus mengecam setiap orang yang menyebabkan anak anak kecil itu berbuat dosa.
Belajar dari bacaan saat ini, marilah kita berupaya melakukan yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan. Banyak orang berlaku tidak jujur dalam meraih keberhasilan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, keberhasilan dan kesuksesan hendaknya diraih dengan tindakan jujur, tanpa mengorbankan orang lain. Sebab, Tuhan pasti menolong setiap orang yang berseru dan berharap pada-Nya. Karena itu, di era digital ini, marilah kita saling mengingatkan untuk berlaku baik, saling menolong, dan saling menopang, sehingga terhindar dari perbuatan dosa yang menyakiti hati Tuhan.
Sumber: [SBU – 13 Februari 2024 | Pagi]
Doa (Ya Tuhan, kuatkan saya untuk tidak menjadi penyesat-penyesat di media sosial dan WA grup)