MINGGU III SESUDAH PENTAKOSTA
HIKMAT ALLAH MEMANDU NALAR DAN KEBIJAKSANAAN
Kejadian 41:37-40
Yusuf di Mesir sebagai penguasa
41:37 Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. 41:38 Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: “Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” 41:39 Kata Firaun kepada Yusuf: “Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. 41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.”
Di nusantara, masih banyak ditemukan komunitas masyarakat nelayan menjaring kurau, memasang bubu, menombak udang, menuba ikan karang, atau memungut siput batu. Teknologi mereka ramah lingkungan, sebagaimana Nek-Datuk ajarkan turun temurun. Mereka menganut prinsip visioner theology of enough (teologi cukup), bahwa alam menyediakan kecukupan selama kita mengambil hanya yang dibutuhkan. Lingkungan di mana kita hidup dan bekerja membentuk perilaku dan gaya hidup kita, demikian juga sebaliknya.
Kisah Yusuf menawarkan pelajaran tentang bagaimana akal budi dan kebijaksanaan yang dipandu Roh Allah dapat mengarahkan kita kepada keputusan-keputusan yang tepat. Yusuf menunjukkan bagaimana pertimbangan intelektual dan batiniah penting dalam mencari solusi untuk menghadapi krisis. Mereka melihat dan mengakui Yusuf sebagai sosok visioner yang “penuh dengan Roh Allah (ay. 38) sehingga memberi kepercayaan kepada orang muda (ay. 46) ini untuk menata kelola tanah Mesir (ay. 40). Dengan sistem penyimpanan dan distribusi pangan yang efisien, Yusuf mengamankan Mesir dari bencana dan meletakkan dasar bagi pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan (ay. 33-34).
Dua kisah tersebut memberi inspirasi bahwa akal budi dan kebijaksanaan kita di hari ini menentukan masa depan. Di tengah tantangan globalisasi dan emergensi lingkungan, hikmat Allah menuntun orang percaya untuk mendayagunakan pengetahuan dan kebijaksanaan demi kesejahteraan hidup bersama. Sebagai pemimpin masa kini, kita dipanggil dan diutus untuk memiliki etos kerja yang positif. Mari hidupi kembali prinsip ugahari dan teologi cukup! Roh Allah menuntun kita untuk menciptakan dunia, lingkungan kerja, dan lingkungan hidup yang lebih baik! Renungan hari ini merupakan ajakan bagi kita, pemimpin-pemimpin visioner, untuk mengubah perilaku dan gaya hidup demi keberlangsungan hidup kita semua.
Sumber: [SBU – 11 Juni 2024 | Pagi]
Doa: (Tuhan, terima kasih untuk rezeki cukup hari ini agar kami berhikmat untuk hari esok)