MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA
KEBAHAGIAAN BERSAMA ANAK CUCU
Mazmur 25:12-22
25:12 Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. 25:13 Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. 25:14 TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka. 25:15 Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring. 25:16 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas. 25:17 Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku! 25:18 Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku. 25:19 Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam. 25:20 Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu. 25:21 Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau. 25:22 Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesakannya!
Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi tanah. (ay.13)
Pemazmur meyakini bahwa kepercayaan kepada Tuhan mendatangkan berkat bagi diri sendiri dan anak-anak cucu di masa depan. Jelas bahwa berkat Tuhan tidak berhenti pada satu generasi tetapi berlanjut bagi generasi berikutnya. Kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan merupakan jaminan tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan. Keterputusan berkat disebabkan pelanggaran dan dosa yang dibiarkan dan tidak diselesaikan dengan rahmat Tuhan. Sepenuhnya, Tuhan punya kendali atas hidup manusia yang diberkati.
Aktivitas manusia dari pagi sampai malam bertujuan meraih kebahagiaan yang dapat dinikmati untuk seisi keluarga. Yang lain malah berpikir kemakmuran untuk tujuh keturunan. Anak-anak bahkan sudah dilatih untuk mengelola uang secara bijak untuk menghadapi persaingan bebas di masa depan. Tuntutan yang tinggi menyebabkan ketidakmampuan bertahan dan memilih jalan bunuh diri guna mengakhiri beban berat. Keserakahan dan ketidakpuasan meyebabkan relasi antar sesama bermasalah dan lingkungan makin rusak tak terkendali. Manusia yang berdosa tidak dapat berkata cukup dan terus memperkaya diri sekalipun harus mengorbankan lingkungan sekitarnya. Kebahagiaan yang dikejar adalah kebahagiaan semu dan tak bertahan lama. Kerusakan alam merupakan kenyataan sesungguhnya sehingga muncul cuaca menjadi ekstrem, angin puting beliung, banjir bandang, krisis pangan dan krisis air bersih. Generasi muda yang akan datang mewarisi bumi yang tercemar dan tak layak didiami.
Budaya ramah lingkungan hendaknya menjadi budaya bersama. Misalnya, pembatasan penggunaan kertas atau plastik, dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Penghematan energi dan air bersih kiranya menjadi kebiasaan baik yang harus dikondisikan dalam hidup berkeluarga dan bergereja. Jangan hanya kita menunggu saat ke surga, tetapi juga aktif mempersiapkan bumi yang hijau untuk dapat didiami anak-anak cucu kita kelak.
Sumber: [SBU – 05 Juni 2024 | Malam]
Doa (Tuhan Yesus, kami bersyukur untuk tanggung jawab memelihara bumi yang hijau supaya dapat dinikmati anak-anak cucu kami dan semua generasi muda di masa depan)