MINGGU V SESUDAH EPIFANI
TERASING DAN PENUH RISIKO
Keluaran 2:11-15
Musa membela bangsanya Ia lari ke tanah Midian
2:11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: “Mengapa engkau pukul temanmu?”
2:14 Tetapi jawabnya: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Musa menjadi takut, sebab pikirnya: “Tentulah perkara itu telah ketahuan.”
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
“Tetapi, Musa melarikan diri… dan tiba di tanah Midian” (ay. 15b)
Terasing dan penuh risiko adalah hakikat dari hidup manusia. Menjadi asing dan menghadapi risiko tidak pernah mengenakkan. Mengapa? Karena setiap orang menginginkan kepastian hidup dan rasa aman. Hakikat ini juga berlaku atas Israel yang harus berpindah dan menyingkir dari negerinya menuju Mesir sebagai negeri yang asing untuk menghindari bahaya kematian. Status orang asing tidak sulit ditemukan, karena Kitab Suci pun dapat dibaca sebagai suatu realitas perpindahan (a moving reality). Kisah Israel di Mesir adalah sebuah “migrasi biblis”, yaitu refleksi fenomena orang asing (migrasi) dalam perspektif iman bagi langkah-langkah pembelaan dan pembebasan hak terhadap para migran.
Dalam soal risiko, apakah berada di Mesir berarti rasa aman didapatkan? Pada awalnya begitu. Bani Israel diterima dengan penuh keramahtamahan. Mereka beranak pinak dan menikmati suasana negeri yang saat itu sangat makmur dan sejahtera. Tetapi, semua tidak berlangsung lama. Pergantian kepemimpinan berarti pergantian kebijakan. Di sini Israel menjadi sasaran kecurigaan, permusuhan, bahkan secara sistematis menderita karena ditindas.
Musa yang tumbuh menjadi laki-laki dewasa akhirnya tahu dari manakah sesungguhnya asal-usulnya. Ia tahu justru dari tindakan berisiko yang diambilnya saat melerai perkelahian dua orang sesama saudara Ibrani. Kedoknya menutupi tindakannya membunuh orang Mesir (ay. 14) akhirnya terbongkar oleh pengaduan salah satu dari orang yang merasa Musa bermaksud ingin berkuasa atas mereka (menjadi pemimpin dan hakim). Ia pun memutuskan untuk melarikan diri (ay. 15b). Menjadi pelarian, menjadi orang asing, dan menjadi orang penuh risiko tanpa rasa aman di negeri asing, di tanah Midian. Hakikat iman adalah menerima status sebagai orang asing dan selalu siap menghadapi risiko bersama Tuhan yang adalah migran excellence (yang unggul).
Sumber: [SBU – 05 Februari 2024 | Pagi]
Doa: (Mampukan kami menjalani iman kami bersama Engkau)