MINGGU V SESUDAH EPIFANI
MENOLONG DI MANA SAJA
Keluaran 2:16-22
2:16 Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.
2:17 Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.
2:18 Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: “Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?”
2:19 Jawab mereka: “Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba.”
2:20 Ia berkata kepada anak-anaknya: “Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan.”
2:21 Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa.
2:22 Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom, sebab katanya: “Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.”
“Musa bangkit menolong mereka” (ay. 17)
Musa yang berstatus orang asing di Midian (ay. 15, 22) dan hidup dengan risiko dikejar, ditangkap, dan dihukum, memperlihatkan watak aslinya sebagai orang baik. Citra buruk yang digambarkan di ayat sebelumnya bahwa ia adalah seorang pembunuh (ay. 14), bukanlah gambaran sesungguhnya dari Musa. la melakukan perbuatan yang sekarang kita golongkan sebagai tindakan adil gender dan emansipatoris. Terhadap para perempuan yang disebut tujuh anak imam di Midian bernama Rehuel (ay. 16). yang setiap petang menimbakan air dari sumur untuk ternak ayahnya, Musa tampil sebagai pembela mereka. la menolong mereka dari sikap arogan dan sewenang-wenang para gembala yang berusaha menyerobot saat giliran mengambil air itu.
Tidak hanya itu, Musa berinisiatif menimbakan air dari sumur itu dan dengan demikian memberi minum tidak hanya seluruh ternak itu tetapi juga air yang dibutuhkan oleh para perempuan itu. Di sini Musa berusaha tampil sebagai penolong di mana saja. Ia berusaha menjadi pribadi yang mudah tergerak hatinya untuk meringankan beban sesama dan menunjukkan rasa persahabatan dengan siapa saja.
Sikap menolong dan bersahabat Musa berbuah manis. Rehuel yang mendengar kabar baik dari anak-anaknya berniat menunjukkan keramahan dan persahabatannya dengan mengundangnya makan (ay. 20). Di masa itu, mengundang orang asing seperti Musa untuk masuk ke dalam rumah dan menikmati makan bersama adalah puncak dari sebuah keramahan (hospitalitas). Bagi budaya masyarakat Asia Barat Daya Kuno (ABDK), menerima orang asing dan menjamunya dengan makanan adalah sebuah tindakan simbolik dari menerima dan menjamu malaikat Tuhan atau Tuhan sendiri. Terbangun suatu prinsip budaya dan juga iman bahwa orang asing adalah wakil Tuhan, yang harus diterima dengan tangan terbuka dan kelapangan hati. Di sini sikap menolong di mana saja menjadi budaya dari setiap orang yang telah dijaga dan diberkati oleh Tuhan.
Sumber: [SBU – 05 Februari 2024 | Malam]
Doa: (Kami rindu untuk menolong di mana saja kami dihadirkan)