MINGGU V PRAPASKAH
POTONG DI KUKU, RASA DI DAGING
1 Korintus 12:21-26
12:21 Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.” 12:22 Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. 12:23 Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. 12:24 Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, 12:25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. 12:26 Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.
“supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan” (ay.25)
Moto orang Ambon yang sering saya dengar bila menghadiri kegiatan kumpulan Maluku “Potong di kuku, rasa di daging”. artinya satu orang sakit, semua orang merasakan sakit. Moto ini menggambarkan kehidupan persekutuan basudara yang kuat, saling mendengarkan dan saling menopang. Moto ini juga selalu mengingatkan setiap orang Maluku untuk membina hidup bersama yang harmonis dalam perbedaan dan turut berbagi rasa yang sama apabila ada saudara yang tersakiti.
Paulus mengajarkan jemaat Korintus bahwa apa yang menimpa seorang anggota akan menjadi keprihatinan seluruh tubuh. Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita. Jika seseorang yang memiliki karunia yang tampaknya tidak berarti diremehkan, semuanya harus merasa tersinggung. Demikian pula, jika satu anggota mempunyai karunia besar yang dipergunakannya dengan baik lalu dihormati, semua anggota harus turut bersukacita. Paulus mengharapkan bahwa orang Kristen “bersukacita dengan mereka yang bersukacita, menangis dengan orang yang menangis dan karenanya “hidup sehati sepikir dalam kehidupan bersama”. Mereka akan saling memikul beban yang lain, bahkan juga kegagalan mereka. Sikap meremehkan tanpa kasih terhadap orang lain merupakan ungkapan penyangkalan terhadap saudara, terlebih penyangkalan terhadap kesatuan jemaat sebagai tubuh Kristus. Itu berarti penyangkalan terhadap tubuh Kristus sendiri dan kasih karunia-Nya.
Mari kita mengembangkan sikap rendah hati dalam hidup persekutuan sehingga tidak ada pikiran bahwa kita tidak membutuhkan orang lain. Sebagai tubuh Kristus, penderitaan saudara seiman membangkitkan belas kasihan kita dan mendorong kita berbuat sesuatu seperti: mendoakan, memberikan penguatan dan melakukan apa saja untuk kebaikannya. Itulah kehidupan sebagai satu tubuh. Potong di kuku, rasa di daging: satu orang sakit, semua orang merasakan sakit.
Sumber: [SBU – 02 Maret 2024 | Pagi]
Doa (Mampukan kami Tuhan untuk membangun kehidupan persekutuan yang saling menguatkan)