02 Juni 2024 – Pagi | 20240602

HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA


LESTARIKAN ALAM CIPTAAN TUHAN

Mazmur 8:1-9
Manusia hina sebagai makhluk mulia
8:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. (8:2) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. 8:3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. 8:4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: 8:5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 8:6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. 8:7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: 8:8 kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; 8:9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.


“Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya.” (ay.7, Alkitab TB 2)
Pemazmur mengakui karya Tuhan yang mulia atas alam semesta yang begitu luas dan indah. Karya Tuhan juga nyata dalam diri manusia yang merupakan gambar Allah sendiri. Manusia yang mulia dan terhormat diingatkan untuk percaya kepada Tuhan yang berkuasa menciptakan langit dengan taburan bintang-bintang serta bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu. Segala yang diciptakan Tuhan diperuntukkan bagi kelangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi berikutnya.
Kehormatan dan kemuliaan manusia dengan kuasanya merupakan anugerah Tuhan. Namun, kuasa yang diberikan Allah disalahgunakan manusia dan menyebabkan kerusakan bahkan kehancuran ekologis. Situs Kompas.id tanggal 6 Juli 2023, mencatat “berdasarkan data Global Forest Watch, sepanjang periode 2002-2022 sedikitnya 16 persen tutupan alami hutan habis dibabat. Persentase tersebut setara dengan luasan sebesar 72,5 juta hektar atau 38 kali luas negara Indonesia”. Kerusakan alam telah menyebabkan pemanasan global, wabah penyakit, bencana alam, konflik sosial, kemiskinan serta ketimpangan sosial. Manusia menjadi penguasa otoriter atas alam semesta dan bukan lagi pelayan yang ramah bagi semua ciptaan. Mengapa manusia tidak menghargai alam yang diciptakan-Nya? Bukankah manusia sendiri diindahkan Tuhan? Citra manusia yang rusak karena dosa itu sudah dipulihkan lewat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Roh Kudus menyadarkan kita untuk bertindak etis guna melestarikan alam semesta dengan beragam cara bersama kelompok masyarakat lainnya.
Sebagai umat yang beribadah, kita berdoa bagi mereka yang mengalami bencana alam dan sekaligus juga merawat lingkungan sekitar dengan cara mendaur ulang sampah, mengurangi emisi karbon, menggunakan air dan listrik sehemat mungkin serta mengembangkan gereja ramah lingkungan (eco church). Semua kita lakukan sebagai bukti kasih kita pada bumi ciptaan Tuhan.


Sumber: [SBU – 02 Juni 2024 | Pagi]

Doa: (Ya Tuhan, ajarlah kami untuk melestarikan alam yang Engkau berikan dengan bijak dan bertanggung jawab)