01 Juni 2024 – Pagi | 20240601

MINGGU TRINITAS


KEHARMONISAN YANG DILANDASI KASIH KRISTUS

Efesus 5:22-28
Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri
5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.


“Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri” (ay. 28)
Keharmonisan hidup suami-istri dalam keluarga menjadi sesuatu yang langka, mengingat maraknya perceraian. Dimulai dari percekcokan antara suami-istri; masing-masing tidak mau mengalah dan menundukkan diri kepada yang semestinya. Mereka mempertahankan ego masing-masing dan tidak mau mengalah sehingga berujung pada perceraian. Bagaimanakah sebenarnya caranya memelihara keharmonisan suami-istri. Perlu disadari bahwa keharmonisan rumah tangga sebenarnya ditentukan bagaimana pasangan itu mendasarkan perkawinannya
Relasi suami dan istri di Jemaat Efesus ada kecenderungan meninggikan kedudukan laki-laki, akibatnya para laki-laki bertindak sewenang-wenang terhadap istri; sering direndahkan. Hal ini sepertinya terkait dengan pemahaman Yahudi yang memandang rendah perempuan. Mereka tidak mempunyai hak atas apa pun juga; secara mutlak ia adalah milik suaminya. Maka pada ayat sebelumnya Paulus sudah mengingatkan untuk saling merendahkah diri satu dengan yang lain (ay. 21). Terlebih keberadaannya sebagai keluarga Kristen, supaya membangun relasi yang setara. Kata kunci dalam relasi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri tunduk kepada suami, sementara suami mengasihi istri (ayat 21). Istri tunduk sesuai prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Jadi Istri tunduk kepada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan berdasarkan relasi Kristus-jemaat yang dilandasi oleh kasih.
Nasihat ini juga kepada kita bagaimana supaya kehidupan keluarga tetap kokoh dan senantiasa berada dalam pemeliharaan Tuhan. Hal utama yang harus ada dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga adalah penundukan diri dalam kerendahan hati sebagai istri kepada suami sebagai kepala. Hal yang setara dengan itu, suami tidak boleh semena-mena terhadap istrinya. Suami harus mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat. Kasih Kristus kepada kita yang dimaksud di sini adalah kasih yang tanpa syarat dan rela berkorban yang mendasari relasi suami-istri yang harmonis.


Sumber: [SBU – 01 Juni 2024 | Pagi]

Doa: (Berkatilah kehidupan kami dalam keluarga ya Tuhan, supaya nyata kasih Kristus yang mendasari)