01 Desember 2023 – Malam | 20231201

MINGGU XXVI SESUDAH PENTAKOSTA


MENCARI KEPUASAN SENDIRI

Zakharia 7:4-6
7:4 Maka datanglah firman TUHAN semesta alam kepadaku, bunyinya:
7:5 “Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?
7:6 Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?


Apa yang baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Tuhan. Zakharia menyampaikan kepada umat Israel bahwa puasa yang mereka lakukan untuk menjalankan perintah Tuhan dinilai sebagai sebuah kejahatan. Ayat 5 menyampaikan alasan mengapa Tuhan mencela puasa umat, “Inilah pesan Tuhan yang datang kepadaku. Kata-Nya, “Sampaikanlah kepada seluruh penduduk negeri ini dan kepada para imam, bahwa puasa dan ratapan yang mereka lakukan pada bulan kelima dan ketujuh selama tujuh puluh tahun ini bukanlah penghormatan bagi-Ku” (BIMK). Dengan kata lain, puasa umat dinilai sebagai puasa yang tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk menghormati Tuhan.
Tuhan menolak puasa umat karena mereka berpuasa dengan cara dan tujuan yang tidak benar. Puasa mereka dilandasi dengan kepura-puraan dan kemunafikan. Mereka berpuasa demi diri me- reka sendiri, dan bukan ditujukan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan untuk menyesali dosa-dosa selama ini. Ibadah ritual mereka perhatikan melalui tindakan berpantang makan dan minum, sayangnya ibadah aktual melalui tindakan belas kasihan mereka abaikan. Ibadah yang dianggap baik oleh umat selama ini, ternyata dicela oleh Tuhan.
Puasa merupakan salah satu bentuk disiplin iman. Puasa meno- long kita untuk mengasah kepekaan akan cinta kasih Tuhan. Oleh karena itu, menahan rasa lapar dan haus bukanlah tujuan akhir dari ibadah puasa. Sebagai disiplin iman, puasa dilakukan dengan sukarela sebagai ungkapan pertobatan dari dosa dan sebagai ben- tuk pengabdian kepada Tuhan melalui tindakan belas kasihan kepada sesama. Dengan demikian, jika kita ingin berpuasa, baiklah puasa itu kita praktikkan dengan sukarela sebagai ungkapan kasih dan pertobatan kepada Tuhan, dan bukan sebaliknya, sebagai kesempatan untuk meminta Tuhan mengikuti selera kita, apalagi harus memaksa-Nya.


Sumber: [SBU – Var5a]

Doa (Ya Tuhan, banyak kali kami merasa telah melakukan kebaikan. Ampuni kami jika ternyata kebaikan kami adalah sebuah kejahatan di
hadapan-Mu)